makalah filsafat Islam
A.
PENDAHULUAN
Pemikiran
dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700M dan priode ini sering
dinamakan priode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik ialah
filsafat yang berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan
sogika, sifat ada, kebendaan, kerohanian, dan akhlak dengan tetapi menyesuaikan
dengan kitab suci. Istilah filsafat skolastik Islam tidak banyak dipakai oleh
kalangan orang Islam.
Filasafat skolastik Islam dibagi menjadi dua
priode, yaitu priode mutakallimin dan
priode filsafat Islam. Sedikit akan
saya kupas tentang filsafat mutakallimin, dimana pada priode mutakallimin ini
munculnya beberapa aliran, yaitu Khowarij, Murji’ah, Qodariyah (Ma’bad Al
Juhani Al Bisri), Jabariah (Al Jaham bin Syafwan), Mu’tazilah (Abu Hudzaifah
Wasil bin Atho Al Ghozali), dan Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Ahmad bin Hambal).
Dan
sedikit panjang akan saya kupas tentang filsafat Islam, dalam priode ini para
filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk ketuhanan dan alam,.
Tokoh-tokoh yang termasuk di dalam priode ini, antara lain adalah Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghozali,
Ibni Bajah, IbnuThufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan terjadinya pertukaran kebudayaan
di antara bangsa dari seluruh pelosok penjuru dunia, maka pemikiran fiilsafat
Islam juga ikut masuk ke nagara lain terutama ke dunia Barat baik melalui
aktifitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengiriman mahasisiwa dan
pengaruh pemikiran bangsa-bangsa dari moderninasi Barat.[1]
a. Benarkah filsafat Islam hasil copy paste
dari filsafat Yunani?
b. Apa makna dah hakikat filsafat Islam?
c. Dan apa obyek kajian filsafat Islam ?
C.
PEMBAHASAN
Di
antara beberapa disiplin ilmu, barangkali, filsafat Islam adalah yang paling
sedikit dipahami, bisa juga berarti paling banyak disalah pahami, sekaligus juga
yang paling controversial. Pangkal controversial yang ada di sekitar filsafat
Islam adalah sejauh mana Islam mengizinkan adanya masukan dari luar.
Adalah
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa filsafat Islam
terpengaruh oleh atau mengandung unsure-unsur daru luar, terutama Hellenisme atau pemikiran Yunani. Bahkan
lebih jauh dari itu, diantara para ahli ada yang berpendapat bahwa, filsafat
Islam adalah copy paste pemikiran
Yunani. Ernest Renan misalnya, dalam
bukunya Histoire Generale et Systemen
Compare des Langues Semitigue, sebagai mana dikutip Hanafi, menyatakan
bahwa apa yang dikatakan “filsafat Arab”
tidak lain hanyalah filsafat Yunani yang ditulis dalam bahasa Arab.[2]
Penelitian
semacam itu tentu tidak dapat diterima, fakta mengatakan, filsafat Islam tidak sekedar menjiplak filsafat Yunani, melainkan
juga masalah-masalah yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam, dan juga memiliki relevansi
bagi umat Islam, yang tidak dikenal oleh bangsa Yunani, satu diantaranya adalah
masalah kenabian.
Masalah
kenabian dalam filsafat Islam dicetuskan dengan detail pertama kali oleh
Al-Farabi. Ibrahim Madkour berpendapat, teori kenabian Al-farabi ini sangat
dipandang sebagai salah satu usaha yang paling signifikan dalam pemaduan antara
filsafat dan agama. Dapat dipahami, karna kenabian adalah suatu hal yang essensial
bagi agama samawi seperti Islam. Basis agama samawi adalah wahyu, dan Nabi
adalah pembawa wahyu itu. Sedemikian essensialnya, sehingga masalah kenabian
menjadi topik kajian yang menarik perhatian bagi parapemikir Islam, baik masa
klasik ataupun modern.[3]
1. Makna Filsafat Islam
Filsafat
Islam terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan Islam. Dalam khasanah ilmu,
filsafat diartikan sebagai berfikar yang bebas, bebas dan berada dalam dataran
makna, bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja.
Berfilsafat
adakah berfikir radikal, radix
artinya mengakar, sehingga berfikir radikal artinya berfikir sampai ke akar
suatu masalah, bahkan melewati batas-batas fisik yang ada, memasuki pengambaran
suatu yang di luar fisik, dan sering kali disebut metafisis. Pengambaran
filsafat melewati batas-batas pengindraaan manusia, misalanya dengan mudah
indra bisa menangkap gunung, tetapi gunuing dalam pemikiran filsafat tidak
hanya seonggok batu dan tanah yang diliputi dengan pepohonan, tetapi lebih
dalam dari itu, apakan sesungguhnya hakikat gunung itu, dan keberadaannya
menggambarkan makna apa bagi kehidupan manusia.
Sedangkan
kata Islam, secara semantik berasal dari kata salima yang memiliki arti tunduk, menyerah, dan selamat, dan dengan
menyerahkan diri kepada Allah maka ia memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Dalam pengertian menyerah, maka semua ciptaan Allah, gunung, samudera, udara,
air, cahaya, dan bahkan setan pada hakikatnya adalah Islam, dalam arti tunduk
dan menyerah kepada penciptanya.
Jadi
filsafat Islam atau Islamic Philosophy,
pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak Islam, bukan filsafat tentang
Islam, karna Islam menempatai sebagai posisi sifat, corak dan karakter dari
filsafat. Filsafat Islam adalah berfikir secar radikal, bebas, berada pada taraf makna yang memiliki sifat,
corak, dan karakter yang menyelamatkan dan memberikan kedamain.[4]
2. Hakikat Filsafat Islam
Melalui
beberapa pendekatan, maka terlihat dengan terang bahwa filsafat Islam atau Islmic Philosophy, itu ada bukan
mengada-ngada. Filsafat Islam bukan filsafat yang dibangun dari filsafat Yunani
yang bercorak rasionalistik, tetapi dibangun dari tradisi sunnah Nabi dalam
berfikir yang rasional trensendental. Rujukan filsafat Islam bukan tradisi
intelektual Yunani, akan tetapi sunnah Nabi dalam berfikir, yang akan menjadi
tuntunan dan suri tauladan bagi kegiatan berfikir umatnya, baik tauladan dalam
bertindak, berperilaku, maupun berpikir.
Sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang
menegaskan:
“:Sesunggunya
pada diri Rosulullah itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu, bagi orang
yang mengharap (kehadiran) Allah, dan hari kemudian serta banyak (dzikir)
mengingat Allah”
Filsafat
Islam memiliki metode yang jelas, yaitu rasional trasendental, dan berbasis
pada kitab dan hikmah, pada dialektika fungsional Al-Qur’an dan aqal untuk
memahami realitas. Secara operasional bekerja melalui kesatuan organik pikiran
dan qalb, yang menjadi bagian utuh
kesatuan diri atau nafs.
Filsafat
Islam pada hakikatnya adalah filsafat kenabian Muhammad. Filsafat kenabian ini
ditemukan dalam filsafat Islam, tidak pada filsafat Yunani. Konsep filsafat
kenabian dibangun pertama kali oleh Al-Farabi, dimana Nabi mampu mempunyai
kekuatan imajinatif yang memungkinkannya berhubungan dengan ‘aql fa’al untuk mencapai keberanian
tertinggi. Yang kemudian dikembangkan oleh Ibnu Sina dengan teorinya mengenai ‘aql suci yang diiliki Nabi, yang
memungkinkan Nabi menembus dimensi kagaiban dan menyatu didalamnya.
3. Obyek Kajian Filsafat Islam
Filsafat
Islam mebahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan ontologism, hingga
menjangkau dataran metafisis. Filsafat Islam juga membahas mengenai
nilai-nilai, yang meliputi dataran epistimologi, estetika, dan etika. Di
samping itu, filsafat Islam juga membahas pula tema-tema fundamental dalam
kehidupan manusia, yaitu tuhan, manusia, alam, dan kebudayaan, yang disesuaikan
dengan kecenderungan perubahan dan semangat jalan.
Kajian
filsafat Islam terhadap obyeknya (obyek material), dari waktu ke waktu, mungkin
tidak berubah, akan tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan
atau focus kajiannya harus berubah dan menyesuaikannya dengan perubahan, serta
konteks kehidupan manusia, dan semangat baru selalu muncul dalam setiap
perkembangan zaman.[5]
D. PENUTUP
Jadi
sangat terlihat bahwa filsafat Islam tidak sama dengan filsafat Yunani, dan
bukan hasil copy paste dari filsafat Yunani, akan tetapi filsafat Islam
memiliki cirri khas dalam pemikirannya sendiri.fakta mengatakan ada teori-teori
yang tiidak dicetuska oleh filsafat Yunani, seperti teori kenabian.
Catatan kaki
[1]. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo)
[2]. Pernak-pernik Pemikiran Filsafat Islam dari Al-Farabi sampai Al-faruqi (Drs. H. Sholihin M. Ag.)
[3]. Pernak-pernik Pemikiran Filsafat Islam dari Al-Farabi sampai Al-faruqi (Drs. H. Sholihin M. Ag.)
[4]. Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir (Prof. Dr. Musa Asy’ari)
[5]. Ibid.
Daftar Pustaka
Drs. H. Sholihin M.Ag. pernak-pernik pemikiran
filsafat Islamdari Al-farabi sampai Al-Faruqi, Walisong pres juli 2010.
Drs. Surajiyo. Ilmu filsafat suatu pengantar.
Cetakan kedua Jakarta 2007.
Prof. Dr. Musa Asy’arie. Filsafat Islam sunnah Nabi
dalam berfikir. Cetakan ke tiga Yogyakarta 2002.
Comments
Post a Comment